Senin, 26 Desember 2011

Potret Dekade Trans Tv (Poket mode)

Dengan berbekal kamera poket pinjaman saya ambil gambar di acara ulang tahun Trans corp ini. Banyak kesan menengeok produksi acara ini. Mulai dari lighting yang memukau, kerja tim yang ekstra cepat, Dan stage yang sangat lebar, selebar 2x lapangan futsal.



Lighting yang menakjubkan, yang bikin nyesel gak bawa DSLR.



Mereka adalah 2 orang dari puluhan kru yang bekerja ekstra cepat, khususnya nyiapin properti.



Andre : Bapakmu lelembut ya?
Wendi : Kok tau?
Andre : Soalnya kamu kayak cewek jadi-jadian.



Putri (jadi-jadian) tidur dibangunkan sang pangeran.



Kata beberapa orang ini copy play.



Aksi orang-orang trend musik.



The Shadow



Refleksi diagonal



Bayang-bayang yang terbingkai



Anang - Ashanty



Bayangkan, properti yang dibelakang itu diproduksi hanya untuk kebutuhan 1 lagu.



Di sana artis-artis seperti merekalah yang menjadi pusat perhatian.



Mas ke kanan dikit boleh loh mas, agak menutupi lighting nih.



Lighting sama gitar les paulnya bagus.



Sekali-kali bole dong penari latar yang jadi sorotan.



Dan di sini, musik adalah Cinta.

Foto Orang Tidur (Super Iseng)

Foto-foto ini adalah bukti keseloan saya semasa KKN. Iseng-iseng mengamati orang-orang tidur seru juga. Dengan berbekal kamera seadanya, saya mulai berlagak menjadi peneliti orang tidur. Seperti inilah orang-orang yang sedang tidur di KKN unit 95 Kemujan tahun 2011:


Inilah dampak kalo belum makan, maka akan tidur dengan seperti ini. Makanya, lain kali jaga pola makan mbak! haha


Ini adalah cerminan kebiasaan orang-orang saat bangun tidur. Pertama kali dilakuin adalah mengecek HP. Ada sms gak yaaa?


Tidur bukan berarti tanpa musik, karena musik adalah salah satu sumber kehidupan. Ini pasti lagi ngedengerin lagu Catch 33 - ramalan Joyoboyo ini. hehe


Mari tidur dengan membentuk pola anak-anak!! "Ya Pak Guruuuuu."


Kadangkala motor juga bisa menggantikan peran setumpuk kasur. Emang empuk ya?


DOF sempit tidur.


Tidur boleh loh tetep awas kamera, ini buktinya. Hmmm, lirikan matamu mbak..


Mari tidur membentuk bidang simetriiiii.


Songgo uang sambil tidur nih. Nyantai aja mbak, gak bakal jatuh kok uangnya.


Wah kasihan kormater soshum tidur kecapekan melaksanakan program. Kecapekan apaan, orang sebelum tidur ini pas gak ada proker kok. haha


Ini juga ni, keliatan kecapekan mbak sekertaris unit setelah mengetik. Apaan, orang di sana juga ada sekertaris sub-unit. haha


Pose itu juga boleh kok waktu tidur. Mbaknya model ya? haha


Coba tebak, masnya tidur apa nggak ini? haha


Wah, pusing kok dibawa-bawa sampai tidur mbak-mbak.


Mbaknya udah mraktekin apa kata orang bijak. Awali harimu dengan senyuman! Asal jangan sampai kelihatan giginya loh. Ntar warnanya kuning lagi. haha


Dalam mimpi aku adalah superman, tapi aku cewek. Wonder women deh. hahaha. (meski dalam video yang belom diterbitkan aku adalah Ang).


Hmmm, mbaknya kalo lagi tidur. Jyaaan.

Puncak Demo Mahasiswa Vokasi UGM

Baru-baru ini mahasiswa vokasi UGM melakukan aksi menuntut untuk penggantian status pendidikan mereka dari vokasi menjadi D3. Tuntutan ini dilakukan agar mahasiswa dapat meneruskan pendidikan mereka sampai jenjang S1. Aksi ini terjadi mulai 5-9 Desember 2011 di area gedung rektorat UGM. Puncak aksi terjadi pada 9 Desember 2011 yang menjatuhkan 3 korban dari kubu mahasiswa. Dampak kerusakan juga ditimbulkan dalam aksi ini. Kaca pada pintu lorong menuju ruang rektor pecah terkena hantaman mahasiswa. Berikut beberapa potret puncak demo tersebut! Tetap motret walau dengan kamera poket.



Suasana halaman gedung rektorat saat masa melakukan aksi, berbagai tuntutan tertulis dalam spanduk.


Tekat masa aksi ditorehkan seiring dengan penggelaran spanduk bernuansa keberanian.


Masa aksi melakukan orasi menyuarakan tuntutan mereka.


Lorong sayap barat rektorat dipenuhi masa yang mencoba untuk masuk ruang rektor.


Masa aksi saling bertatap muka dengan SKKK meski terbatas ruang.


Kaca yang pecah terhantam mahasiswa setelah ditangkapnya salah satu masa aksi oleh SKKK.


Pihak SKKK tetap siaga di pintu berkaca pecah tempat terjadi bentrok.


Seorang mahasiswa memohon SKKK untuk membebaskan masa yang ditangkap.


Ketua forkom vokasi meredakan masa aksi yang sempat naik darah.


Bercak di lantai inilah yang disebut-sebut orang sebagai jumat berdarah.

Minggu, 25 Desember 2011

Pesan tentang Kesenangan

Pesan tentang Kesenangan
(Sebuah cerpen)

Hidup ini indah, hidup ini nikmat, hidup ini tempat untuk bersenang-senang. Sungguh indah dapat tertawa kesana kemari tanpa harus lelah berpikir. Sungguh nikmat menghambur-hamburkan uang bukan hasil jerih payah sendiri. Rasanya benar-benar membawa kesenangan bagiku. Senyum pun mengiringiku di setiap hal yang aku lakukan.

Aku adalah orang yang anti terhadap pendidikan, apalagi teori. Aku tak mau waktu bersenang-senangku habis hanya untuk pembicaraan yang tak membuatku senang. Aku tak mau merelakan waktu bermalas-malasanku untuk mendengarkan ceramah orang sok pintar di depan banyak orang itu. Terlebih lagi di tempat kursi lipat berhias papan itu, aku dituntut untuk diam. Bedebah, kegiatan macam apa itu?

Sejauh ini aku tak menemukan arti kata teori. Tak sekedar arti kata yang tertulis, tapi menyangkut tentang guna yang akan diberikan. Bukankah teori membuat kita hanya omong doang? Bukankah teori membuat kita menjadi sok pintar? Aku lihat mereka hanya beradu mulut, berperang dengan kata-kata mereka. Apa-apaan ini, yang aku tangkap hanya konsep,konsep, dan konsep.

Aku tak harus berada di tempat itu. Bahwasanya di tempat itu telingaku panas mendengar semua omong kosong yang mereka keluarkan. Aku tak mampu menikmati apa yang menjadi pertunjukan teoritis mereka. Bagiku semua ini hanya menguras waktuku. Waktu itu sangat berharga, tidak seharusnya harus mendengar celotehan mereka.

Tempatku adalah tempat di mana aku bisa bersenang-senang. Aku bisa menebar keceriaanku sepanjang waktu. Tidakah lebih menyenangkan berjalan di area mall dan menghabiskan uang daripada duduk mendengarkan ceramah orang? Bukankah lebih menyenangkan duduk diam sambil mengepulkan asap dengan segekas bir daripada duduk diam untuk mendengar celoteh orang-orang membosankan?

Hal yang membuat semua itu menjadi lebih nikmat adalah aku tak perlu membanting tulangku untuk menghasilkan rupiah. Aku hanya perlu menyodorkan tanganku kepada dua orang yang menjadi budak pencari uang, yang bertugas mencukupi kebutuhanku. Yang sekeras apapun usaha mereka aku tak pernah peduli. Yang aku mau tahu hanya kebutuhan kesenanganku harus terpenuhi.

Terkadang aku berdalih ke hal lain untuk uang yang aku minta. Aku berkata untuk membeli membeli buku, pada akhirnya aku belikan daun untuk aku hisap seperti Bob Marley. Terkadang aku berdalih untuk membayar ini itu untuk membeli sebotol Red Label. Bukankah itu keren? Aku memanfaatkan mereka untuk kesenanganku.

Aku tak peduli meskipun mereka tak mau melihatku selalu senang. Tuntutan untuk bersusah-susah selalu mereka canangkan. Tak pernah aku habis pikir, mengapa mereka selalu memenuhi mulutnya dengan kata-kata larangan untuku bersenang-senang? Bukankah mereka telah berjanji kepada sang pencipta untuk memberikan kebahagiaan padaku? Tolong sang pencipta, sampaikan pada mereka bahwa aku hanya ingin bersenang-senang. Katakan pada mereka bahwa aku tak mau bersusah payah untuk menjadi sepasang orang seperti mereka untuk orang lain.

Stop!
........................................................................................................................................................................................................................................................................

Kumohon sang Pencipta, jangan tulis cerita itu lagi! Cerita itu hanya dapat aku nikmati 10 tahun yang lalu. Kini hidupku tak lagi ada artinya. Lihatlah aku hanya bisa diam dibawah kolong jembatan. Aku hanya dapat mengisi perut dengan sisa-sisa makanan yang terbuang. Terkadang mendapat nasi tempe hasil dari uluran tangan orang dermawan. Yang dengan pakaian compang-camping aku meminta-minta.
Sang Pencipta, apakah engkau mendengarku?

Aku tak ingin tulisan tentang kesenangan itu tercetak dan mempengaruhi orang lain. Aku tak ingin banyak manusia bodoh yang menjadi korban surga dunia sepertiku. Bahwasanya hidupku tak berguna, hanya untuk kesenangan sesaat aku buang kesempatan untuk menuju kesenangan hakiki. Bahwasanya kepalsuan itu yang telah mencelakakan aku.

Aku yakin kau mendengar wahai sang pencipta. Aku tahu setiap kata yang aku ucapkan tak luput untuk engkau tulis. Karena itu engkau tahu segalanya tentang aku. Segala nafsu dunia sebagai makhluk ini yang mengantarkanku pada kehancuran. Kumohon wahai sang pencipta jika tulisan ini pun tercetak, sampaikan pada mereka bahwa memenuhi kesenangan terus menerus adalah kehancuran di kemudian hari.

....Sekian....

Selembar Surat untuk Ani


Selembar Surat untuk Ani
(Sebuah karya fiksi)

Di sudut kamar itu Ani senantiasa tertunduk dengan mata sembam. Dia telah menemukan dunia barunya yang terlampau sempit. Dunia yang hanya ada sepotong busa, meja kayu, kursi, dan beberapa acesoris yang menjadi makhluknya. Ia anggap ruang itu seperti bumi. Keluar sedikit saja dari ruang itu seperti terbang menuju luar angkasa. Ketika orang masuk ke dalam dunia yang sesempit itu, dia senantiasa berteriak. Seakan-akan dia melihat alien yang datang ke bumi dengan bersenjatakan olok-olok ataupun pandangan kotor.
Tak henti-hentinya aku ingin bertatap muka dengan dia. Tapi aku masih sulit untuk menembus dinding pertahananya . Ketika aku masuk dalam dunianya itu, kau selalu mengancam dengan membunuh jiwa tersayangku yang menyatu dengan raganya. Lama aku merenung tentang cara berkata padanya yang berujung pada penyampaian pesan melalui sebuah kertas. Aku pun menggoreskan tinta pena ini dalam sebuah suratan tentang keibaan, pembelaan, dendam, amarah, hingga celaan, yang semuanya terwakili oleh genggaman tanganku.
Dear Ani, adiku tersayang.
Aku ingin kau untuk tetap berdiri meskipun semangat hidupmu terbunuh oleh segerombol pria yang berbekal buku saku, pulpen, dan alat perekam itu. Aku sadar jiwamu telah terbunuh oleh mereka. Mereka yang selalu memaksa untuk meliput dan mengambil gambarmu hingga gambar sekitar rumah kita, yang ketika dilarang untuk mengambil gambar selalu mengeluarkan kartu kuning yang mampu berkata akan hak bebasnya. Gara-gara itu lingkunganmu semakin menyudutkanmu.
Ani, aku ingin membunuh mereka. Aku ingin mencincang tubuh mereka seperti harga dirimu yang telah terpotong-potong. Lihat saja kepala mereka akan segera hilang seperti senyumanmu yang semakin melenyap. Kemudian tanganya akan ku potong dan aku sayat-sayat untuk mematikan geraknya agar tak ada korban yang akan datang. Setidaknya semua itu tidak terlalu kejam untuk membayar dosa-dosa mereka.
Asal kau tahu dosa mereka lebih berat dari kesalahanmu waktu itu. Aku tahu kau lalai karena terbuai rayuan di masa beranjak dewasamu. Tidakah itu wajar terjadi kelabilan anak muda yang berimbas pada sebuah penyimpangan sosial. Terlebih pengabadian dan penyebaran gambar apa yang kau lakukan  itu bukan olehmu. Kau hanya korban atas bisikan penjerumus tentang nikmatnya perbuatan itu.  Tidak seperti di layar kaca, dan suratan harian yang disebutkan perbuatanmu dengan gamblang ditambah dengan diputarnya gambar pengabadian itu dengan sensor yang tipis.
Ani, ijinkan aku untuk membunuh mereka. Aku tak mau orang-orang seperti mereka hidup di negeri ini. Kehadiran mereka hanya akan mencoreng nama dunia warta yang tidak terlalu bersih pula di negeri ini. Mereka yang telah memenuhi halaman demi halaman kertas dan layar pemberi kabar itu dengan kata-kata yang seakan sengaja dilebih-lebihkan untuk menyudutkan golonganmu akan aku matikan.
Aku sadar akan berlebihanya beberapa kata dalam surat itu. Aku tak peduli akan itu, setidaknya aku rasa itu impas dengan berlebihanya para pewarta itu.